Keterpurukan Merajai Timor Leste Selepas Dari Indonesia
Ilustrasi:ist/ds
Timor Leste- Mica Barreto Soares, seorang peneliti tentang hubungan China-Timor-Leste dan kontributor Routledge Handbook of Contemporary Timor-Leste 2019 mengungkap penelitiannya.
Diperkirakan, sekitar 4.000 Migran China tinggal di negara itu pada 2019. Mereka juga telah mendirikan 300 hingga 400 perusahaan bisnis.
Menjual barang-barang murah dan bahan bangunan, serta menjalankan restoran, hotel, rumah bordil, warung internet, dan pompa bensin, tulisnya.
Namun, seperti yang diinformasikan, Kedutaan Besar China di Dili tidak pernah merilis angka tentang berapa banyak warganya yang berada di Timor Leste.
Bahkan, banyak yang mungkin tidak mendaftarkan kehadiran mereka di kedutaan atau memperpanjang visa mereka.
Sebelumnya, Timor Leste memilih memisahkan diri dari Indonesia pada 1999. Tapi kini nasib rakyat Tanah Lorosae itu malah jadi sorotan dunia.
Pasalnya bukan jadi makmur, Timor Leste malah dikabarkan menjadi negara termiskin.
Disebutkan bahwa jumlah pengangguran yang tinggi menjadikan Timor Leste disebut sulit keluar dari jurang kemiskinan.
Ditambah lagi industri kecil di Timor Leste kini sudah dikuasai asing.
Dilansir dari Tribun Timur, jumlah penduduk usia muda 15-24 tahun hanya 20 persen dari total populasi di negara tersebut pada 2015.
Bahkan mereka sulit mencari pekerjaan di negara sendiri membuat penduduk usia muda di Timor Leste memiliih untuk merantau.
Tak sedikit pula yang antre di depan Kedutaan Besar Portugal di Dili demi mendapat paspor Portugal demi memiliki masa depan yang lebih baik di Eropa.
Harga-harga bahan makanan juga terbilang tinggi. Rata-rata sekali makan di restoran-restoran di Timor Leste mencapati USD 3 atau setara Rp 42 ribuan.
Disebutkan, harga air mineral berukuran 330 ml dihargai USD 0,67 atau Rp 9.400 yang mana hampir 2 kali lipat daripada di Indonesia.
Ditambah lagi dengan kedatangan 4 ribu masyarakat Tiongkok ke Timor Leste. China rupanya juga menyediakan banyak biaya pembangunan bagi Timor Leste.
Video Terkait
Selain memberikan pinjaman utang dalam proyek Tasi Mane, diketahui ada 4.000 orang China yang menetap di Timor Leste dan mendirikan basis ekonomi, mulai dari skala kecil hingga besar.
Untuk di Plaza Timor nyaris semua toko dan tempat perbelanjaan dimiliki oleh orang Tionghoa.
Salah satu pedagangnya bernama Ma Liyu, seorang wanita yang mengaku berasal dari kota Ningde di Provinsi Fujian, Tiongkok.
Ma Liyu mengatakan bahwa dirinya sempat ditipu oleh imigran China lainnya dan harus kehilangan tabungannya sebanyak 70.000 dollar AS (Rp 100 juta kurs 2021).
"Mereka orang China bisa menipu satu sama lain. Mereka ingin menipu Anda demi uang. Mereka menghasilkan uang, Anda kehilangan uang, ini sering terjadi secara rutin," katanya, dilansir dari Suar.ID.
Menurut Ma lagi, ada banyak persaingan yang terjadi di Timor Leste antara orang-orang dari China.
_____________________
•Rep: Dosi Bre' •Editor: Red
Tidak ada komentar:
Posting Komentar