5 kontainer disebar di arena seluas 7000m, dengan konsep yang terukur. Ada juga sebuah pohon kelapa tembus dari kaca di salah satu kontainer
Jakarta,satgasnas- Alam sekali lagi menunjukan 'jalannya, bila seseorang itu fokus dengan usahanya. Dan seperti pepatah ' proses itu memang vitamin' untuk menjadi cerdas dan bijak dalam mengambil hikmah serta visinya.
Berawal dari Vocalist Band Dejava, yang pernah melejit dengan tembang Chinta Jangan Tangisi Aku. Kini setelah tak berkiprah di dunia hiburan. Langkah Arya yang juga pernah menjadi pegawai Pos Indonesia kala itu, melaju terjun ke bisnis Kedai Kopi, diantaranya Djamboel Coffee dan Panglima Kopi.
Kali ini langkahnya tidak berhenti. Sukses satu menyusul lainnya. Kini 6 cabang sudah di milikinya. Dan seperti gayung bersambut, ia pun kini menggelola sebuah Kedai Kopi yang lokasinya di rumah makan Rindang Alam, bertempat di Bambu Apus, Jakarta Timur.(dos)
Video Terkait
- Pawai Budaya Rakernas Apeksi 2024;Kota Bekasi Ikut Serta MemeriahkanBALIKP…
- Pawai Budaya Rakernas Apeksi 2024;Kota Bekasi Ikut Serta MemeriahkanBALIKP…
- Apresiasi:Tiga Penghargaan dari Kapolda Jatim Untu…
- Di Rakernas Ke-XVIIPemkot Bekasi Tampilkan Beragam Produk U…
- Dibuka Oleh Presiden JokowiPj. Wali Kota Bekasi Hadiri Rakernas Ape…
- Jejak Kapolres Cimahi:AKBP Aldi Subartono Sosok Dibalik Progra…
- Peringati Hari Lahir PancasilaPj. Wali Kota Bekasi: Pompa Semangat Unt…
Video Pilihan
- Warga Perkutut 2 RT 010/023 Hadirkan Keg…
- Wamen ATR/Waka BPN:Kementerian ATR/BPN Lembaga yang Diamana…
- Resmi Dilantik;Tri Adhianto Sebagai Ketua KONI Kota Bek…
- Sinéad O'ConnorPelantun Nothing Compares 2 You Ini Ungk…
- Bazaar UMKM RamadhanDi Kecamatan Bekasi Utara, Camat Ajak Pe…
Ibu Mengepel Lantai Setiap Hari
Ibu mengepel lantai setiap hari dan mewajibkan kami selalu mencuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan apa saja.
“Kita harus bersih,” katanya,
“sebab kuman selalu tidak terduga.”
Memang, kuman selalu tak terduga,
maka menjadi bersih adalah niscaya.
Kata ibu, udara berserbuk di sekitar kami
—mengandung debu, pasir, dan karbon.
Juga suara-suara bising semacam fitnah
selalu ingin masuk ke hati kami
lewat telinga.
Juga, gambar-gambar biru, hitam, abu-abu, dan jingga selalu menuntut mata merekamnya agar tertanam menjadi ingatan di kepala kami.
Ingatan yang abadi
Ibu mengepel lantai setiap hari.
Belakangan kami tahu kalau ibu
hanya ingin menghapus jejak ayah
dari rumah, dari kenangan,
yang seluruhnya kesedihan.
Ibu hanya ingin tak sedih
membayangkan ayah,
sebelum laki-laki itu menjelma jadi burung,
sebelum terbang meninggalkan sarang.
“Sebelum dia terkontaminasi,”
Igau ibu dalam mimpi.
Memang, ayah telah terkontaminasi,
sejak kuman-kuman menggerogoti hatinya,
hingga sering pulang tanpa membawa hati.
Tapi Ibu sebetulnya terkontaminasi,
kuman-kuman lain menggerogoti hatinya,
seperti sekawanan rayap menggerogoti kaki-kaki meja.
Sebelum rubuh,
Ibu mengaduk karbol ke dalam gelas susu:
“Minumlah!” katanya,
“Sebab bersih adalah niscaya!”
•Budi Hatees
Tidak ada komentar:
Posting Komentar